Islam “Bukan” Agama Revolusi (Menanggapi Kekerasan Agama”

Islam berkembang dibawah dakwah Rasulullah SAW kemudian diteruskan oleh para pengikutnya secara berangsur-angsur. Tahap demi tahap, step by step yang mereka lalui untuk memperjuangkan dakwah Islam itu sendiri. Islam adalah agama dakwah bukan agama revolusi yang didalamnya terdapat kudeta yang berprinsip siapa yang kuat dia yang menang. Seperti yang kita saksikan sekarang dari kejadian revolusi yang paling dekat dengan catatan sejarah umat manusia adalah berupa kudeta-kudeta atau mengadakan perubahan drastis dengan cara mengandalkan power (kekuatan) semata. Jadi, eksistensi revolusi selalu tunduk kepada kaidah siapa yang kuat dia yang menang.

Islam tidak mengenal revolusi dalam mengembangkan dakwah Islam. Sehingga tidak ada alasan mengatakan bahwa Islam berkembang dengan tumpahan darah. Dengan demikian Islam tidak mengenal ciri-ciri revolusi sebagai berikut:

Pemaksaan dan Pengorbanan Kebebasan Pribadi

Dalam revolusi tidak ada hak untuk pribadi-pribadi dalam masyarakat untuk menolaknya, pendapat mereka tidak dihargai, baik ketika berlangsungnya revolusi atau setelah revolusi. Dalam situasi revolusi manusia tidak dapat hidup secara normal. Disebabkan oleh kebebasan-kebebasan pribadi lenyap begitu saja. Tidak ada kesempatan untuk menulis, membaca, mengarang, berkumpul, berdiskusi dan lain-lainnya.

Akan tetapi dalam Islam tidak dikenal seperti itu. Dalam Islam tidak berlaku hukum rimba (siapa yang kuat dia yang menang). Bahkan jangankan seperti itu pemaksaan saja dilarang dalam Islam. Allah SWT berfirman:“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghutdan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Q.S.al-Baqarah:256).

Begitulah indahnya Islam, hingga dalam menyebarkannya pun dilarang adanya pemaksaan. Sikap toleransi sangat dijunjung tinggi dalam Islam. Namun sikap tersebut hanya berlaku dalam hal muamalah, sosial dan hubungan bermasyarakat. Toleransi tidak berlaku dalam hal aqidah (keyakinan) dalam menghambakan diri kepada Allah SWT. Maka Allah SWT berfirman: “Katakanlah: “Hai orang-orang kafir (1), Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah (2), Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah (3), Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah (4), dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah (5), Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku (6)”. (Q.S.al-Kafirun:1-6).

Perombakan Secara Radikal

Setiap revolusi selalu menyandarkan pada power fisik dan bergerak atas nama undang-undang dan kepentingan rakyat. Padahal semuanya adalah dusta, revolusi hanya untuk kepentingan orang-orang tertentu saja yaitu para penguasa dan antek-anteknya (pengikutnya).Revolusi bergerak dengan mengadakan perombakan secara paksa dalam segala bidang demi tercapainnya tujuan-tujuan yang diinginkan. Karena menyadari berapa sulitnya merubah tatanan masyarakat yang sudah ada. Bahkan sudah mengakar sebagai adat-istiadat dan budaya, andaikan mampu itupun membutuhkan waktu yang sangat lama. Karena merubah itu bukan hal yang gampang, jangankan orang lain diri kita pribadi saja susah dan sulit untuk dirubah. Padahal Allah SWT berfirman tidak akan mengubah sesuatu sehingga mereka mau merubahnya sendiri. Tentunya semua itu dengan ikhtiar (usaha) dan do’a kepada Allah SWT.

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaanyang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (Q.S.ar-Ra’d:11).

Namun, Nabi Muhammad SAW mampu merubah masyarakat jahiliyah kepada Islamiyah dalam jangka waktu 23 tahun. Bisa membentuk masyarakat yang Islami sesuai dengan tuntunan Allah dan RasulNya, tentunya semua itu dengan izin Allah SWT dan usaha yang keras. Kenapa dan mengapa bisa terjadi hal yang seperti itu? Karena satu kata dan perbuatan dalam setiap tindak dan tanduknya. Allah SWT berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (2), Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (3)”. (Q.S.ash-Shaff:2-3).

Pengaruh Lingkungan

Segala revolusi yang sekalipun semuanya mengandung unsur-unsur yang mendadak dalam merombak struktur yang ada sampai keakar-akarnya. Dengan cara yang tidak manusiawi yang membasmi seluruh kawan dan lawan. Demi untuk mengamankan revolusi dan kelanggengan, tetapi tujuan akhirnya adalah hanya terbatas pada lingkungan setempat dan golongan tertentu.

Nilai-nilai yang digembar-gemborkan kaum revolusioner hanya sekadar slogan semata seperti kebebasan, keadilan sosial, kemerdekaan dan lain-lain. Semuanya hanya berlaku pada lingkungan tertentu saja tidak untuk semua manusia. Akan tetapi tidak dengan Islam, Islam adalah Rahmatan Lil’alamin. Sesuai dengan firmanNya:“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Q.S.al-Anbiya:107).

Ketiga ciri pokok revolusi sungguh bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Islam hadir di setiap tempat tidak mengadakan perombakan secara mendadak. Islam tidak pernah menghancurkan tatanan masyarakat yang ada secara radikal. Dalam mencapai tujuan dakwah Islam tidak memakai yang tidak manusiawi demi kelangsungan dakwah Islam. Pun, Islam tidak berpihak hanya satu golongan, akan tetapi seluruh manusia yang ada di jagat raya ini.Gambar

KETIKA AJAL MENJEMPUT

Setiap orang memiliki  resiko yang harus dihadapi. Jadi apapun kita resiko pasti ada. Orang yang baik adalah yang mampu menghadapi dan menyelesaikan resiko itu dengan tegar. Jadi pohon tinggi resikonya ditiup angin kemanapun sang angin berhembus. Jika tidak mau jadi pohon, Cuma mau jadi rumput pun ada resikonya. Memang rumput tidak ditiup angin tapi di injak kerbau. Hidup pun punya resiko, resiko hidup adalah mati. Janganlah hidup kalau takut mati. Karena setiap yang bernyawa pasti akan mati.

Mati memang tidak pernah mengenal umur, status, kaya atau miskin, pejabat atau rakyat, asalkan waktu yang ditentukan telah tiba maka matipun akan kunjung datang. Mati memang misteri, tidak ada satupun manusia yang tahu persis kapan dia akan mati. Akan tetapi, manusia akan diberi tanda-tanda akan datangnya kematian itu. Rambut mulai beruban, kulit sudah keriput, gigi sudah mulai rontok, penglihatan berkurang, bertingkah bagaikan anak kecil. Kehidupan banyak menyusahkan orang dibandingkan menyenangkan orang, jika hal itu sudah kita alami maka siap-siaplah dengan amal kebaikan.

Orang lain yang mati, tetangga telah tiada, merupakan pengalaman terpenting bagi manusia yang masih hidup, karena tanpa kita sadari lambat laun kita akan menyusul mereka. Pepatah Inggris mengatakan:”Yesterday is a history, today is a gift, tomorrow is a mistery”. Kenapa tomorrow is a mistery? Karena kita tidak tahu apakah besok masih hidup atau telah tiada. Maka, bila kematian tidak menjadi pelajaran, lantas kejadian apa lagi yang lebih besar untuk mengingatkan kita terhadap kematian. Orang yang tidak menjadikan kematian sebagai pelajaran terpenting baginya, maka yakinlah hatinya telah ditutup dengan noktah dan noda hitam yang penuh lumuran dosa.

Buatlah kenangan indah ketika hidup di dunia. Ketika ajal menjemput, maka teman dan karib-kerabat hanya bisa mengingat kenangan indah yang kita tinggalkan. Ingat, ketika kita lahir ke dunia banyak orang yang menertawakan kita, maka ketika kita meninggal buatlah mereka menangis. Mereka sedih dan terharu atas kepergian kita, karena begitu baik kenangan dan cerita hidup yang kita tinggalkan. Apa yang kita lakukan di dunia akan membekas pada orang-orang yang dekat dengan kita. Kenangan baik yang kita tinggalkan maka baik pula memori mereka tentang kita. Kenangan buruk yang kita tinggalkan maka buruk pula memori mereka tentang kita.

Apa yang telah kita persiapkan?

Kematian akan hadir baik dikala bermaksiat maupun dikala berbuat baik. Kematian hadir dengan tanpa pemberitahuan. Kesiapan apa yang telah kita lakukan untuk menghadapi kematian itu. Sudah siapkah kita bila sekarang malaikat maut hadir dihadapan kita. Sebutkan dan timbangkan banyakkah dosa yang kita kumpulkan atau pahala yang selalu hadir dalam gerak gerik kita. Amalan spesial apa yang kita lakukan, sehingga tatkala malaikat bertanya kita akan menjawab amalan tersebut. Shalatkah, puasakah, hajikah, sedeqahkah atau apa? Jangan-jangan kita belum mempersiapkan apa-apa. Kita sibuk dengan menuruti hawa nafsu dunia sehingga melupakan kehidupan akhirat.

Minimal empat pertanyaan yang akan diajukan malaikat Munkar dan Nankir kepada kita saat berada di alam kubur. Siapa Tuhanmu, siapa Nabimu, siapa Imammu, dan siapa saudara-saudaramu?. Pertanyan memang sepele, namun bagaimanapun kita menghafal jawabannya apabila tindak-tanduk kita tidak sesuai dengan hafalan itu, yakinlah kita tidak akan bisa menjawab. Saat itu yang menjawab bukanlah mulut tapi iman yang kita pupuk di dunia. Ketika hidup tidak pernah menyembah Allah swt, perintahNya diabaikan sedangkan laranganNya dikerjakan. Apakah yakin bisa menjawab siapa tuhan kita. Sunnah Nabi saw tidak pernah dilakukan, selalu membangkang dan sombong dengan diri sendiri hingga terjerumus kepada hal-hal yang dibenciNya. Apakah yakin bisa menjawab siapa nabi kita.

Begitupun dengan al-Quran, al-Quran tidak pernah dibaca apalagi diamalkan, al-Quran dipuji tapi isinya di injak-injak dengan kelakuan buruknya, sibuk dengan musik-musik hiburan sedangkan kitab sucinya dilupakan. Apakah yakin  bisa menjawab siapa imam kita. Tetangga selalu menjadi bahan ejekan, kekurangan orang selalu menjadi buah bibir, bak pepatah mengatakan:”Semut diseberang lautan kelihatan tapi gajah dipelupuk mata tidak kelihatan”. Apakah yakin bisa menjawab siapa saudara-saudara kita.

Oleh karenanya, persoalan yang paling mendasar dalam hidup ini adalah menyiapkan diri untuk menyongsong kematian (Qs. al-Muluk: 2). Jika kita menyadari seberapa jauh perjalanan yang akan kita lalui, maka kita akan menyiapkan bekal dengan secukup dan sebanyak-banyaknya. Begitu pula perjalanan ke akhirat membutuhkan waktu yang sangat panjang dan beragam ranjau, tentunya bekal yang kita siapkan pun harus maksimal. Bekal pertama dan utama adalah kebaikan dan ketaqwaan kepadaNya. Hanya dengan dua hal itu kita akan menjadi manusia terbaik dihadapanNya (Qs. al-Hujurat: 13).

Jadikan setiap nafas berdetak berbuah ibadah untuk kita. Setiap gerak kaki yang kita langkah berbuah pahala. Karena apapun yang kita lakukan di dunia ini akan di minta pertanggungjawaban di depan pengadilan Rabbul jalil. Baik kita tanam, baik pula yang kita panen. Buruk yang kita tanam, jelek pula yang kita panen. (Qs. al-Zalzalah: 7-8).Gambar

Mahasiswa, Polisi dan BBM

Mahasiswa adalah calon intelektual masa depan. Kata “mahasiswa” merupakan satu kata yang dipakai untuk menunjukkan seseorang ketika menuntut ilmu di tingkat perguruan tinggi. Polisi adalah orang atau lembaga yang menjaga keamanan dan keutuhan Negara dalam sebuah wilayah. Sedangkan BBM adalah bahan bakar minyak bukan BBM Aggie. Ketiga komponen tersebut sedang “hangat-hangat” diperbincangkan di Indonesia saat ini.

1 April 2012 yang akan datang kemungkinan besar (dipastikan) bahan bakar minyak akan kembali naik. Masyarakat terus risau dan galau untuk menerima kenyataan itu pada tanggal yang telah ditentukan. Pembahasan tentang kenaikan BBM pun hanya menunggu ketuk palu di sidang paripurna DPR. Sebagian rakyat menangis, sedangkan sebagian yang lain ketawa. Memang SBY rela hidup enak di atas penderitaan masyarakat.

Aksi menolak kenaikan BBM pun kian hari kian bertambah besar di seluruh pelosok tanah air, baik itu dari kalangan mahasiswa, buruh atau maupun masyarakat biasa. Para pendemo mengharapkan kebijakan menaikkan harga BBM untuk tidak dilaksanakan. Karena menimbang banyak masyarakat miskin yang bergelimpangan di mana-mana. Busung lapar, kemiskinan, pemerkosaan, perampokan sampai ke penodongan menjadi “makanan” penikmat media tiap hari.

Sedangkan para koruptor masih berlenggak-lenggok di rumah-rumah mewah. Uang rakyat yang mereka korupsikan belum dikembalikan. Sehingga karena kekurangan biaya membuat BBM pun harus naik. Berapa triliun pejabat merebut uang rakyat. Betul-betul para pejabat biadab dan rela hidup di bawah peneritaan orang lain. Kenapa tidak gaji Presiden, Menteri, DPR yang dikurangi, kenapa harus BBM yang harus dinaikkan. Sungguh inilah kekurangajaran para pejabat terhadap rakyatnya. Semoga Allah mengazab mereka semua.

Tidak hanya sampai disitu, mereka menjadikan polisi sebagai alat untuk menjaga keamanan mereka. Sehingga polisi pun bertindak BIADAB terhadap para pendemo. Apakah mereka diajarkan untuk MEMBUNUH rakyat atau menjaga KEAMANAN terhadap rakyat. Ini persekongkolan yang tidak aka nada habis-habisnya. Mulai zaman Orde baru hingga era-Reformasi. Itulah srigala yang bertopeng manusia, harimau berbulu domba.

Hendaknya pemerintah SBY sadar akan hal itu semua. Jangan sedikit-sedikit rakyat yang menjadi korban. Dan semoga Tuhan mengazab para pejabat yang BIADAB terhadap rakyat. Amien……!!!Gambar

“Teman: Peranan Dan Dampaknya Bagi Seseorang”

Tidak ada seorang manusiapun di muka bumi ini yang dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia adalah mahluk sosial yang pasti membutuhkan lingkungan dan pergaulan. Di dalam pergaulannya tersebut seseorang akan memiliki teman, baik itu disekolah, dikampus, di tempat kerja ataupun di lingkungan tempat tinggalnya. Sehingga tidak ditampik lagi bahwa teman merupakan elemen penting yang berpengaruh bagi kehidupan seseorang.

Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh telah mengatur adab dan batasan-batasan dalam pergaulan. Sebab betapa besar dampak yang akan menimpa seseorang akbiat bergaul dengan teman yang jahat dan sebaliknya betapa besar manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang bergaul dengan teman yang shalih. 

Banyak di antara manusia yang terjerumus ke dalam lubang kemaksiatan dan kesesatan dikarenakan bergaul dengan yang jahat dan banyak pula di antara manusia yang mendapatkan hidayah disebabkan bergaul dengan teman yang shalih.
Di dalam sebuah hadits Rasullullah Shallallaahu alaihi wa Salam menyebutkan tentang peranan dan dampak seorang teman: “Perumpamaan teman duduk yang baik dengan teman duduk yang jahat adalah seperti penjual minyak wangi dengan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi tidak melewatkan kamu, baik engkau akan membelinya atau engkau tidak membelinya, engkau pasti akan mendapatkan baunya yang enak, sementara pandai besi ia akan membakar bujumu atau engkau akan mendapatkan baunya yang tidak enak.” (Muttafaqun ‘Alaih)

Berdasarkan hadits tersebut, bergaul dengan teman yang shalih mempunyai dua kemungkinan yang kedua-duanya baik, yaitu: Kita akan menjadi baik atau akan memperoleh kebaikan yang dilakukan teman. Sedang bergaul dengan teman yang jahat juga mempunyai dua kemungkinan yang kedua-duanya jelek, yaitu:
Kita akan menjadi jelek atau kita akan ikut memperoleh kejelekan yang dilakukan temannya.

Bahkan Rasul saw menjadikan seorang teman sebagai patokan terhadap baik dan buruknya agama seseorang, oleh sebab itu Rasul saw memerintahkan kepada kita agar memilah dan memilih kepada siapa kita bergaul. Dalam sebuah hadits, Rasul saw bersabda: “Seseorang berada di atas agama temannya, maka hendaknya seseorang di antara kamu melihat kepada siapa dia bergaul.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Hakim). Dan dalam sebuah syair disebutkan: “Jangan tanya tentang seseorang, tapi tanya tentang temannya, sebab orang pasti akan mengikuti kelakukan temannya”. Demikianlah karena memang fitroh manusia cenderung ingin selalu meniru tingkah laku dan keadaan temannya.  Para Salafusshalih sering menyampaikan kaidah bahwa: “Hati itu lemah, sedang syubhat kencang menyambar”. 

Merupakan sikap yang diajarkan Ahlus Sunnah wal Jamaah menjauhi para penyeru bid’ah, para pengikut hawa nafsu (ahlul ahwa’) dan orang-orang fasik yang terang-terangan menampakkan dan menyerukan kefasikan. Hal ini merupakan salah satu tindakan preventif terhadap bahaya pergaulan agar umat terhindar dari pengaruh kemaksiatan tersebut.

Seorang teman memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan, janganlah ia menyebabkan kita menyesal dikarenakan bujuk rayu dan pengaruhnya. Sehingga kita tergelincir dari jalan yang haq dan terjerumus dalam kemaksiatan.

Para orang tua hendaklah mereka memperhatikan lingkungan dan pergaulan anak-anaknya sebab setiap kita adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya dan orangtua adalah pemimpin terhadap istri dan anak-anaknya. 

Ingatlah bagaimana wasiat agung Lukman Al-Hakim di dalam surat Luqman ayat 13-19 ketika mewasiatkan kepada anaknya agar mengikuti dan menempuh jalan orang-orang yang kembali kepada Allah. Merekalah para nabi, syuhada dan shalihin, merekalah uswah dan qudwah dalam segenap aspek kehidupan kita. 

Jadikanlah orang-orang shalih yang bermanhaj dan ber-aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah sebagai teman akrab kita, merekalah sebaik-baik teman dan sebaik-baik persahabatan, adapun selain itu adalah persahabatan yang semu. Maha benar Allah yang menyebutkan dalam kitabNya: “Teman-teman akrab pada hari itu sebagian menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (Az-Zukhruf: 67).

Banyak orang tergelincir dalam kejelekan hanya gara-gara teman. Teman merupakan cerminan dari tingkah laku kita. Apabila kita memiliki teman yang baik, maka nilai kebaikannya akan berefek pada kita baik secara langsung maupun tidak langsung. Begitupula sebaliknya, apabila kita memiliki teman yang jelek, maka kejelekannya itu akan berdampak negative pada diri kita pribadi baik secara langsung maupun tidak langsung.

Namun demikian, bukanlah berarti kita tidak boleh bergaul dengan penjahat. Akan tetapi pandai-pandailah menjaga diri. Teman hanya salah satu sebab untuk menjerumuskan kita kepada kebaikan atau kemungkaran. Lebih baik lagi bila anda berteman dengan orang jahat dan mampu membawa dan mempengaruhinya untuk berbuat baik.

Di akhir tulisan ini penulis ingin menutup dengan apa yang dinasehatkan oleh seorang bijak tentang hakekat seorang teman: “Saudaraku, Teman sejati adalah yang selalu mendorongmu untuk berbuat kebajikan dan mencegahmu dari berbuat kejelekan walaupun engkau jauh dan engkau tidak bergaul dengannya, dan musuh sejati adalah yang mendorongmu berbuat kejelekan dan tidak mencegahmu dari berbuat dosa walaupun ia dekat denganmu dan engkau selalu bergaul dengannya”. 

Ayo jadikanlah diri kita baik, bertemanlah dengan orang baik, pengaruhilah orang-orang jahat untuk berbuat baik, jangan mau selalu jadi penonton tapi jadilah sekali-kali sebagai pemain. Untuk membawa manusia selalu berbuat baik dimanapun berada.Gambar